Laman

Jumat, 30 September 2011

Cerpen "Pemulung Hobi Membaca"



Oleh :Fadelun heryanto

            Sungai batanghari memang tenang tapi deras ditepi, ku melamun di pinggirnya membayangkan  orang-orang yang sudah ditelan sungai ini “tenang namun menghanyutkan, indah namun kotor “ itulah kata yang tepat untuk sungai ini. Sungai yang terpanjang di sumatera ini jelas melewati sebuah tempat yang dulunya sebuah kerajaan yang jaya, kaya, megah dipimpin seorang sultan yang bijaksana dan arif sayangnya karena jatuh cinta dia merelakan harta kerajaan untuk sang wanita cantik yang tidak mencintainya sama sekali bahkan ingin merebut kekuasaan dari sang sultan itu. Dan pada akhirnya kerajaan ini runtuh akibat cinta yang salah hingga berpaling tangan pada puteri yang kini dikenal dengan puteri pinang masak. Walaupun puteri berhasil merebut kerajaan ini namun hatinya gundah menyesal karena ketamakan dan harus memperjuangkan kerajaan dan menjaga hartanya yang berharga bagi sang puteri hingga akhir hayatnya terbudakkan akan harta. Sepenggal cerita yang kubaca dari buku lusuh mengenai Jambi kota beradat yang orang tinggal didalamnya sangat ramah beraneka macam bentuk budaya pribumi, jawa, batak, minang, cina, arab, dan lainya.
            Aku merasa hari sangat  mencekap matahari menusuk dari atas namun ku tetap berjalan ke sebuah rumah bagiku mungkin sebagian orang atas tak pantas itu menyebut rumah tapi itulah istana bagiku kecil memang tak sampai 3 m x 3 m, dipinggir sungai batanghari berdiri sendiri beratapkan terpal berdinding triplek dan seng dan berbentuk panggung kalau hujan tak kan sampai hati aku melihat bahkan rasa dingin dan basah menghampiri dan jika terik panas menerpa paling tidak aku terhindar dari ancaman bertambah hitamnya diriku, ya walau aku tetap pede dengan apa yang diberi Tuhan.
            Rasanya sore ini aku harus mencari makan karena perutku sudah bernyanyi-nyayi sepotong roti pun tak apalah sudah mampu menahan nyanyian dari perut ini hingga besok lagi. Roti kudapat membeli di toko depan hanya satu karena aku peranah diajarkan berhemat walau pun aku bisa membeli dua, sepotong itu pun aku belah dua untuk makan malam ini dan besok pagi. Hari seperti biasa mencekam hidupku namun aku tetap tegar dalam hidup ini aku juga berfikir orang yang diatas sana tak ada artinya jika tidak ada orang-orang seperti aku, mereka hanya bisa memakai dan membuang sedangkan aku bisa membersihkan dan mengolah.
            Di tumpukan sampah aku menemukan buku-buku pelajaran aku membawa pulang karena aku suka membaca walau aku tidak pernah sekolah tapi aku sudah pernah ikut belajar membaca dengan para orang-orang tua yang tuna aksara, hingga kini belajar dan membaca itu penting akupun suka membaca dari situ, aku memang tidak sekolah karena tidak ada seorangpun yang mau mengurusku bahkan aku sendiri hanya ada uang untuk bertahan hidup makan dan minum sudah cukup bagiku. Aku tidak pernah menjual majalah buku pelajaran atau buku lainya yang aku dapat malah aku pelajari aku memang pemulung namun aku berwawasan dari majalah dan buku bekas.
            Terakhir aku baca sebuah buku mengenai ancaman tsunami yang mengerikan akupun mengkhayal jika aku kena tsunami apalagi rumahku dipinggir air. Aku ketakutan aku melapor pada orang sekitar tapi apa aku malah ditertawakan, ya karena tsunami tidak terjadi dipinggir sungai dan majalah itu berangka 2004 sedangkan sekarang sudah 2011. aku malu sendiri dan sekarang aku sadar akan sekolah tapi siapa yangpedulikan aku aku mengetahui politik negeri dari majalah tempo, aku tahu cerpen , dongeng dari majalah bobo, aku tahu menghitung dari buku matimatika kelas satu sd, smp bahkan aku tahu bahasa inggris dari majalah xy kids. Membaca bukan cumin memperhatikan bacaan tapi juga  memahami bacaan itu yang membuat aku bahagia membaca adalah hobi seorang anak pemulung. Manfaat itu tak aku gunakan sendiri aku mengajari anak-anak kecil juga yang tidak sekolah belajar membaca menghitung dengan ilmu yang minim tapi tak membuat aku gentar aku juga terus belajar dengan membaca apapun buku yang dapat aku baca

Tidak ada komentar: