Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan
kearifan menjadi keaktifan (Dave Meire, 2002).
A. Konsep
Aktivitas dan Partisipasi
Proses pembelajaran yang
dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kepasitan belajar,
kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh.
Pembelajaran yang dilakukan lebih terpusat pada siswa, sehingga siswa ikut
berpatisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar
mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses belajar itu
sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik
tolak kegiatan.
Menurut ahli psikologi (dalam
Hamalik, 2003: 171) bahwa setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk
berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan,termasuk perbuatan belajar dan
bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentudan untuk mencapai
tujuan tertentu pula yang setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah
menjadi lebih luas dan banyak. Demikian juga Hamalik menambahkan bahwa siswa
adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan
potensi yang hidup dan berkembang. Di dalam diri seseorang terdapat prinsip
aktif. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan perilaku siswa. Pendidikan perlu
mengarahkan perilaku dan perbuatan menuju ke tingkat perkembangan yang
diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk
berkembang, tampa pengarahan dikawatirkan terjadinya penyimpangan maka berakibat
terganggunya bahkan rusaknya perkembangan siswa.
Hasil temuan para ahli terdapat
kecenderungan perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran yang lesu, pasif, dan
perilaku yang sukar dikontrol. Perilaku semacam ini menyebabkan suatu proses
pembelajaran yang tidak banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Keatifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan
bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pengajar dapat merekayasa sistem
pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam
proses pembelajara. Mc. Keachin (dalam Dimyati, 2002;119) mengemukakan 7 aspek
terjadinya keaktifan siswa:
- Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
- Tekanan pada aspek apektif dalam belajar.
- Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.
- Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
- Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.
- Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan dengan pembelajaran.
Bertitik tolak dari kosep dan
teori aktivitas di atas, maka pembelajaran yang dilakukan antara guru dan
siswa, harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Pengajar
/ guru tidak hanya melakukan kegiatan menyapai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif
dalam berbagai bentuk belajar.
Dengan melibatkan siswa berperan
dalam kegiatan pembelajaran, berarti kita mengembangkan kepasitas belajar dan
potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Dalam konsep kompetensi, kita harus
mampu mendeteksi kemampuan minimal siswa, dan kemudian tercapainya suatu
indikator-indikator yang lahir oleh kompetensidasar tadi.
- Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Berikut ini akan kita bicarakan
bagaimana pola terjadinya aktivitas antara guru dengan siswa.
- Mengapa dalam proses pembelajaran siswa / siswa dilakukan sebagai subjek. Istilah pembelajaran merupakan istilah yang mengambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing dalam tejadinya pengalaman belajar, dan tercapainya suatu indikator yang dikehendaki. Maka siswa sebagai aktor / subjek, yang banyak brperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, ia tidak hanya sebagai siswa pasif akan tetapi sebagai siswa yang juga berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) yang bertitik tolak pada kreativitas dan partisipasi pembelajaran.
- Peran aktif dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah untuk tercapainya suatu indikataor dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dary materi pokok.
- dalam usaha seorang guru (guru, pengajar, dosen, penatar, dan lain-lain) menemukan kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok. Kompetensi dasar akan dapat menjabarkan 5 indikator (kata kerja khusus). Kemudian setiap indikator akan melahirkan 3 sampai 5 soal.
Raka Joni (1992: 19-20) dan
Martinis Yamin (2003) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala;
1)
Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada siswa.
2)
Guru
berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar.
3)
Tujuan
kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan menimal siswa (kompetensi dasar).
4)
Pengelolahan
kegiatan pembelejaran pada kreativitas sisw, meningkatkan kemampuan minimalnya,
dan menciptakan siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep.
5)
Melakukan
pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.berdasarkan pola aktivitas dan keterampilan.
Partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran, maka aktivitas dan kompetensi, di mana proses yang dilakukan
menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki dan mampu
menerapkan atau mempraktikannya secara berimbang.
- Jenis-jenis Aktivitas dan Partisipasi
Dalam proses pembelajaran,
perubahan perilaku terjadi karena adanya latihan atau pengalaman seseorang.
Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu dan situasi di
sekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakam pengembangan dari
kompetensi dasar.
Belajar aktif adalah suatu usaha
manusia untuk membangun pengethuan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran
terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan
siswa, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Belajar aktif merupakan
perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1859-1952).
Dewey sanagt tidak setuju pada rote learning atau belajar dengan
menghafal. Dewey merupakan pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan
prinsip-prinsip Learning by Doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dan partisipasi
secara spontan.
Belajar aktif mengandung beberapa
kiat berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan guru
untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta
pengalaman.
Gagne dan Briggs (1979)
menjelasakn rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelasmeliputi
9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisivasi siswa. Masing-masing di
antaranya:
1)
Memberikan
motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
2)
Menjelaskan
tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.
3)
Meningkatan
kompetensi persyarat.
4)
Memberikan
stimulus (masalah, topik dan konsep)
yang akan dipelajari.
5)
Memberi
petunjuk kepeda siswa cara mempelajarinya.
6)
Memunculkan
aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7)
Memberikan
umpan balik (feed back).
8)
Melakukan
tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu
terpantau dan terukur.
9)
Menyimpulkan
setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.
Menurut Paul D. Dierich yang membagi kegiatan belajar
dalam delapan kelompok, masing-masing adalah:
a)
kegiatan-kegiatan
visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
b)
Kegiatan-kegiatan
lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan sustu tujua, mengajukan suatu peryataan, memberu saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi.
c)
Kegiatan-kegiatan
mendengarkan
Mendengrkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, pemainan, radio.
d)
Kegiatan-kegiatan
Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksaan
karangan, bahan-bahan sssskopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan
mengisikan angket.
e)
Kegiatan-kegiatan
mengambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram
peta, dan pola.
f)
Kegiatan
metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, menari dan berkebun.
g)
Kegiatan-kegiatan
mental
Merenungkan, meningkatkan, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat
keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional
Minat,
membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Menurut Getrude M. Whipple membagi kegiatan-kegiatan
siswa sebagai berikut;
a)
bekerja
dengan alat-alat visual
1)
Mengumpulkan
gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi lainnya.
2)
Mempelajari
gambar-gambar,streograph slide film, khusus mendengar penjelasan, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
3)
Mengurangi
pameran.
4)
Mencatat
pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati bahan-bahan visual.
5)
Memilih
alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan.
6)
Menyusun
pameran, menulis tabel.
7)
Mengatur
file material untuk digunakan kelak.
b)
Ekskursi
dan trip
1)
Mengunjungi
museum, akuarium, dan kebun binatang.
2)
Mengundang
lembaga-lembaga / jawatan-jawatan yang dapat memberikan keterangan-keterangan
dan bahan-bahan.
3)
Menyaksikan
demontrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses penerbitan surat
kabar, dan proses penyiaran televisi.
c)
Mempelajari
masalah-masalah
1)
Mencari
infomasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting.
2)
Mempelajari
ensiklopedi dan referensi.
3)
Membawa
buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi seleksi sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar