Laman

Sabtu, 22 Oktober 2011

KIAT MENGAKTIFKAN DAN MEMPARTISIPASIKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN


             Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan (Dave Meire, 2002).

A.     Konsep Aktivitas dan Partisipasi
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kepasitan belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih terpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpatisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses belajar itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.

Menurut ahli psikologi (dalam Hamalik, 2003: 171) bahwa setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan,termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentudan untuk mencapai tujuan tertentu pula yang setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah menjadi lebih luas dan banyak. Demikian juga Hamalik menambahkan bahwa siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan potensi yang hidup dan berkembang. Di dalam diri seseorang terdapat prinsip aktif. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan perilaku siswa. Pendidikan perlu mengarahkan perilaku dan perbuatan menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tampa pengarahan dikawatirkan terjadinya penyimpangan maka berakibat terganggunya bahkan rusaknya perkembangan siswa.

Hasil temuan para ahli terdapat kecenderungan perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran yang lesu, pasif, dan perilaku yang sukar dikontrol. Perilaku semacam ini menyebabkan suatu proses pembelajaran yang tidak banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keatifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajara. Mc. Keachin (dalam Dimyati, 2002;119) mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktifan siswa:
  1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
  2. Tekanan pada aspek apektif dalam belajar.
  3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.
  4. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
  5. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.
  6. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan dengan pembelajaran.

Bertitik tolak dari kosep dan teori aktivitas di atas, maka pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa, harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Pengajar / guru tidak hanya melakukan kegiatan menyapai pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar.

Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti kita mengembangkan kepasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Dalam konsep kompetensi, kita harus mampu mendeteksi kemampuan minimal siswa, dan kemudian tercapainya suatu indikator-indikator yang lahir oleh kompetensidasar tadi.

  1. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Berikut ini akan kita bicarakan bagaimana pola terjadinya aktivitas antara guru dengan siswa.
  1. Mengapa dalam proses pembelajaran siswa / siswa dilakukan sebagai subjek. Istilah pembelajaran merupakan istilah yang mengambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing dalam tejadinya pengalaman belajar, dan tercapainya suatu indikator yang dikehendaki. Maka siswa sebagai aktor / subjek, yang banyak brperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, ia tidak hanya sebagai siswa pasif akan tetapi sebagai siswa yang juga berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) yang bertitik tolak pada kreativitas dan partisipasi pembelajaran.
  2. Peran aktif dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah untuk tercapainya suatu indikataor dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dary materi pokok.
  3. dalam usaha seorang guru (guru, pengajar, dosen, penatar, dan lain-lain) menemukan kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok. Kompetensi dasar akan dapat menjabarkan 5 indikator (kata kerja khusus). Kemudian setiap indikator akan melahirkan 3 sampai 5 soal.
Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2003) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala;
1)     Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa.
2)     Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar.
3)     Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan menimal siswa (kompetensi dasar).
4)     Pengelolahan kegiatan pembelejaran pada kreativitas sisw, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan menciptakan siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep.
5)     Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.berdasarkan pola aktivitas dan keterampilan.
Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka aktivitas dan kompetensi, di mana proses yang dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki dan mampu menerapkan atau mempraktikannya secara berimbang.

  1. Jenis-jenis Aktivitas dan Partisipasi
Dalam proses pembelajaran, perubahan perilaku terjadi karena adanya latihan atau pengalaman seseorang. Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu dan situasi di sekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakam pengembangan dari kompetensi dasar.

Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengethuan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1859-1952). Dewey sanagt tidak setuju pada rote learning atau belajar dengan menghafal. Dewey merupakan pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip Learning by Doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dan partisipasi secara spontan.
Belajar aktif mengandung beberapa kiat berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman.

Gagne dan Briggs (1979) menjelasakn rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelasmeliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisivasi siswa. Masing-masing di antaranya:
1)     Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2)     Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.
3)     Meningkatan kompetensi persyarat.
4)     Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep) yang akan dipelajari.
5)     Memberi petunjuk kepeda siswa cara mempelajarinya.
6)     Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7)     Memberikan umpan balik (feed back).
8)     Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9)     Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

Menurut Paul D. Dierich yang membagi kegiatan belajar dalam delapan kelompok, masing-masing adalah:
a)     kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.
b)     Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan sustu tujua, mengajukan suatu peryataan, memberu saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi.
c)      Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengrkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, pemainan, radio.
d)     Kegiatan-kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksaan karangan, bahan-bahan sssskopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.
e)     Kegiatan-kegiatan mengambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
f)        Kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.
g)     Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, meningkatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
     h)  Kegiatan-kegiatan emosional
          Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Menurut Getrude M. Whipple membagi kegiatan-kegiatan siswa sebagai berikut;
a)     bekerja dengan alat-alat visual
1)     Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi lainnya.
2)     Mempelajari gambar-gambar,streograph slide film, khusus mendengar penjelasan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
3)     Mengurangi pameran.
4)     Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati bahan-bahan visual.
5)     Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan.
6)     Menyusun pameran, menulis tabel.
7)     Mengatur file material untuk digunakan kelak.

b)     Ekskursi dan trip
1)     Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang.
2)     Mengundang lembaga-lembaga / jawatan-jawatan yang dapat memberikan keterangan-keterangan dan bahan-bahan.
3)     Menyaksikan demontrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi.
c)      Mempelajari masalah-masalah
1)     Mencari infomasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting.
2)     Mempelajari ensiklopedi dan referensi.
3)     Membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi seleksi sekolah.


Tidak ada komentar: